Minggu, 23 Juli 2017

Sebuah dongeng

        Pohon Do'a

Terdapat sebuah desa yang jauh dari peradaban serta perkembangan zaman,  desa yang tak banyak dijamah pendatang.
Di sudut desa,  berdiri dengan tak kokoh sebuah bangunan yang bahkan tak layak disebut bangunan.  Bangunan itu beralas tanah dan beratap tumpukan jerami kering,  entahlah apakah itu benar jerami atau bukan. Yang pasti,  bangunan tersebut dihuni oleh sepasang suami istri renta yang tlah dimakan usia.  Sudah tak muda dan tak gagah,  terlihat sedih dan muram.  Oh pantas saja demikian,  pasangan renta tersebut tak memiliki anak.  Seharusnya mereka ke kota dan menemui dokter,  tapi nasib bertulis lain,  jangankan ke dokter,  makan sehari-hari pun tak cukup.  Keinginan memiliki anak walau seorang sangatlah besar hingga sekarang.  Mereka senantiasa berdo'a siang malam. Seolah do'a yang tak sampai atau setidaknya belum sampai.
Suatu pagi,  sang istri memasuki hutan untuk memasok kayu bakar yang hampir habis.  Si suami sedang berladang,  sehingga istrinya pergi seorang diri. Sesampainya di hutan,  sang istri menemukan sebuah pohon besar,  "uwah besar sekali,  bisa berapa lama api menyala dengan kayu dari pohon ini" dia mendekati pohon tersebut dan menyentuhnya.  "duh gusti,  apa ini yang berdetak,  tak terlalu keras dan seirama dengan suara angin" istri tersebut kaget karena mendapati pohon yang seolah punya jantung. "wahai pohon,  apa kau hidup?  Apa kau bisa mendengarku?".  Pohon tersebut menggugurkan daunnya dengan sangat indah seolah itu jawaban "iya"  yang ia berikan.  Sang istri mulai bercerita tentang kehidupannya dengan suami dan keinginan mereka untuk memiliki anak.  "wahai pohon yang besar,  bisakah kau mengabulkan keinginan ku?"  tiba-tiba sang pohon menjawab dengan lantang,  "wahai manusia,  sesungguhnya aku bukan sang pengabul do'a,  aku hanya ciptaanNya yang diberi kelebihan untuk berbicara,  mintalah kepada tuhan yang kau sembah".  Istri tersebut merasa malu dan menundukan wajahnya sembari berkata, "maafkan kekhilafan ku,  aku tak akan lagi meminta selain kepadaNya"  sang istri pun kembali ke bangunan yang dia huni bersama suaminya.
Sesampainya di bangunan itu,  sang istri tiba-tiba merasa pusing dan mual,  dia berbaring di atas tempat tidur.  Tak lama kemudian,  sang suami pulang dengan membawa sekantong bibit pohon,  dia langsung menanam bibit tersebut.
Keesokan harinya,  istri benar-benar merasa mules dan mual.  Akhirnya mereka pergi ke kota dan menemui dokter,  tak usah tanya mereka dapat uang dari mana,  sesungguhnya itu uang hasil meminjam dari tetangga satu desa.
Semua beban bagai terangkat,  rasa letih bagai hilang ketika mendengar penjelasan dokter.  "selamat pak buk,  ibuk telah mengandung dan usia kandungan ibuk sudah memasuki bulan kelima".  Syukur,  haru,  gembira semua bercampur.  20 tahun menunggu dengan usia memasuki 50 tahun keatas,  mereka mendapatkan seorang penerus.
Lengkap sudah dunia pasangan tersebut.